Berikut ini adalah dokumentasi MGMP IPA Kab. Sampang yang dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Kamis / 30 Oktober 2025
Tempat : SMPN 1 Camplong
Agenda :
1. Guru Konten Kreator
2. Pembelajaran Ko-Kurikuler
3. Praktik Baik Pembelajaran IPA " Nasi Kobel"
NOTULENSI KEGIATAN
Kegiatan: Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) IPA
Hari / Tanggal : Kamis 30 Oktober 2025
Waktu Kegiatan: 07.30 - 13.30 WIB
Pembukaan:
Kegiatan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA Kabupaten Sampang pada tanggal 30 Okober
2025 dimulai dengan sambutan oleh:
1. Ketua
MGMP IPA Kab. Sampang Bapak Achsin Bawono Y, S.Si
Beliau menyampaikan Ucapan terimakasih
kepada kepala smpn 1 Camplong yang telah menyediakan tempat dan memberikan
sambutan yang sangat baik, Pertemuan MGMP IPA di Camplong ini sedianya
dilaksanakan pada minggu ke-3 namun karena suatu hal MGMP PAI meminta tukar
sehingga MGMP IPA mundur pada minggu ke-4. Pada kegiatan ini ada 3 agenda yaitu
worshop kokurikuler, conten creator dan praktik baik dari tuan rumah. MGMP IPA
ini merupakan ajang berbagi oleh karena itu bagi bapak ibu guru IPA yang ingin
berbagi bisa menghubungi pengurus, semoga kegiatan yang dilaksanakan mendapatkan
barokah dan manfaat bagi seluruh anggota MGMP.
2. Sambutan Kepala SMPN 1 Camplong, Ibu
Indrawati, S.Pd, M.Pd.
Beliau
menyampaikan rasa bahagia karena SMPN 1 Camplong ditempati sebagai tempat
pertemuan, karena beliau merasa menjadi bagian dari komunitas MGMP IPA, beliau juga
menyampaikan rasa bangga kepada pengurus yang solid dan memiliki semangat dan
kebersamaan yang kuat, walaupun kegiatan MGMP IPA bertempat Beliau juga
mengingatkan kepada seluruh anggota di era milenial ini, kita harus update
mencari informasi karena zaman terus berkembang.Pada praktik baik yang akan
disampaikan merupakan salah satu model pembelajaran yang memadukan manual dan
digital dengan memperhatikan langkah 8334 dalam Pembelajaran mendalam.
Kegiatan Inti:
Kegiatan
inti dalam MGMP IPA ini mencakup berbagai hal, di antaranya:
1. Workshop Kokurikuler (Sayu Wiwit Annur, S.Pd)
Pembelajaran abad ke-21
menuntut kita sebagai pendidik untuk tidak hanya berfokus pada capaian
akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik
secara utuh. Dalam konteks inilah, kegiatan kokurikuler memiliki peran yang
sangat penting. Ia bukan sekadar pelengkap kegiatan intrakurikuler, melainkan
bagian integral dari upaya mewujudkan pembelajaran mendalam yang bermakna dan
berdampak.
Pembelajaran mendalam
atau deep learning merupakan proses belajar yang mendorong peserta didik untuk
memahami makna dari setiap konsep, bukan hanya menghafal. Dalam pembelajaran
mendalam, siswa diajak untuk berpikir kritis, kreatif, mampu memecahkan masalah
nyata, berkolaborasi dengan sesama, serta merefleksikan proses belajarnya.
Dengan demikian, pembelajaran tidak berhenti pada pengetahuan, tetapi berlanjut
pada pembentukan sikap dan tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Profil
Pelajar Pancasila.
Kegiatan kokurikuler
menjadi wadah nyata bagi peserta didik untuk menghubungkan teori dengan
praktik. Melalui kegiatan seperti proyek sosial, kewirausahaan, seni budaya,
maupun riset ilmiah, siswa dapat menerapkan apa yang telah dipelajari dalam
konteks kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika siswa terlibat dalam kegiatan
kewirausahaan lokal seperti pembuatan nugget sayur lokal, mereka tidak hanya
belajar tentang proses produksi dan nilai ekonomi, tetapi juga menumbuhkan
kreativitas, kerja sama, dan kemandirian.
Dalam kegiatan
tersebut, pembelajaran mendalam terwujud karena siswa memahami makna di balik
setiap aktivitas. Mereka belajar memecahkan masalah, berinovasi, mengambil
keputusan, dan mengembangkan tanggung jawab sosial. Bahkan, dengan dukungan
teknologi seperti penggunaan AI untuk mendesain label produk melalui aplikasi
seperti Canva, siswa semakin siap menghadapi tantangan dunia modern yang
menuntut literasi digital.
Agar kegiatan
kokurikuler benar-benar menjadi bagian dari pembelajaran mendalam, perlu
diperhatikan beberapa prinsip penting. Pertama, kegiatan harus kontekstual dan
autentik, artinya berangkat dari permasalahan atau potensi nyata di sekitar
peserta didik. Kedua, bersifat kolaboratif, baik antar siswa maupun antar guru
lintas mata pelajaran. Ketiga, harus ada refleksi yang mendorong siswa memahami
pengalaman belajarnya, bukan sekadar melaporkan hasil kegiatan. Dan yang paling
penting, kegiatan harus menumbuhkan dimensi Profil Pelajar Pancasila, seperti
kemandirian, gotong royong, kreativitas, bernalar kritis, serta keimanan dan
akhlak mulia.
Proses pelaksanaan
kokurikuler dalam pembelajaran mendalam dapat dilakukan melalui tiga tahap
utama. Tahap pertama adalah perencanaan, yaitu mengidentifikasi potensi lokal,
kebutuhan siswa, dan keterkaitan kegiatan dengan tujuan pembelajaran. Tahap
kedua adalah pelaksanaan, di mana siswa berperan aktif sebagai pelaku utama,
bukan sekadar peserta. Tahap terakhir adalah refleksi dan evaluasi, di mana
siswa diajak untuk memahami nilai dan pelajaran yang diperoleh dari kegiatan
tersebut, baik secara pribadi maupun bersama.
Dengan demikian,
kegiatan kokurikuler bukan lagi aktivitas tambahan yang berdiri sendiri,
melainkan ruang belajar yang memperkaya pengalaman siswa. Di sinilah
pembelajaran mendalam tumbuh — ketika ilmu bertemu dengan tindakan, ketika
nilai bertemu dengan pengalaman, dan ketika peserta didik belajar menjadi
manusia yang berpikir, berbuat, serta berkarakter.
Pada akhirnya, esensi
dari workshop ini adalah membangun kesadaran bersama bahwa pembelajaran tidak
hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga di setiap ruang kehidupan yang
memberi makna. Melalui kokurikuler yang terintegrasi dalam pembelajaran
mendalam, kita membantu siswa menemukan jati dirinya sebagai pelajar Pancasila
— cerdas, berkarakter, dan siap berkontribusi bagi lingkungannya
Materi
worshop dapat di download di https://www.canva.com/design/DAG0EqZgHsQ/oXC3Hkvgwf65P9-xlX2ArQ/edit?utm_content=DAG0EqZgHsQ&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
2. Workshop Conten Creator ( Munhidhotul Ummah, S.Pd dan Budi Astomo, S.Pd)
Di era digital saat ini, hampir setiap orang dapat menjadi content
creator. Istilah ini mungkin sudah sering kita dengar, terutama di
berbagai platform media sosial seperti YouTube, Instagram, TikTok, atau bahkan
podcast dan blog. Namun, menjadi seorang content creator bukan sekadar
membuat dan mengunggah video atau gambar — lebih dari itu, ia adalah seseorang
yang menciptakan, mengolah, dan menyebarkan ide, informasi, serta
nilai-nilai positif melalui berbagai bentuk media digital.
Seorang content creator berperan sebagai
komunikator, inovator, sekaligus inspirator. Melalui karyanya, ia dapat
memengaruhi cara orang berpikir, bertindak, bahkan memandang dunia. Karena itu,
tanggung jawab moral dan etika menjadi hal yang penting. Konten yang dihasilkan
tidak hanya harus menarik, tetapi juga bermanfaat, mendidik, dan
membawa dampak baik bagi audiens.
Menjadi content creator yang baik tentu
membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan teknis. Ada beberapa hal penting yang
perlu dimiliki.
Pertama adalah tujuan yang jelas. Seorang content creator
harus tahu pesan apa yang ingin disampaikan melalui karyanya. Apakah untuk
mengedukasi, menginspirasi, menghibur, atau mengajak masyarakat melakukan hal
positif? Tanpa arah yang jelas, konten mudah kehilangan makna dan hanya sekadar
mengikuti tren.
Kedua adalah kreativitas dan orisinalitas.
Dunia digital dipenuhi oleh jutaan konten setiap hari, dan agar dapat menarik
perhatian, diperlukan ide yang segar, unik, dan autentik. Kreativitas tidak
berarti harus selalu baru, tetapi mampu menyajikan sesuatu dengan cara yang
berbeda dan bermakna.
Ketiga adalah etika dan tanggung jawab digital.
Seorang content creator yang baik memahami batasan dalam berkreasi. Ia
tidak menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, atau konten yang merugikan pihak
lain. Setiap karya harus menghormati privasi, budaya, dan nilai-nilai moral
yang berlaku.
Keempat adalah konsistensi dan disiplin.
Dunia digital bergerak cepat, dan audiens menilai kredibilitas dari konsistensi
karya seseorang. Content creator yang baik bukan hanya rajin
mengunggah, tetapi juga terus belajar meningkatkan kualitas isi, teknik, dan
cara berkomunikasi.
Selain itu, ada beberapa syarat utama
untuk menjadi content creator yang profesional:
1.
Kemampuan memahami
audiens — mengetahui siapa yang menjadi target
konten dan apa kebutuhannya.
2.
Kemampuan teknis — seperti menulis naskah, mengambil gambar atau video, mengedit,
serta memanfaatkan media sosial secara efektif.
3.
Kemampuan berpikir
kritis dan kreatif — untuk menghasilkan konten
yang bermanfaat dan bernilai.
4.
Integritas pribadi — jujur, bertanggung jawab, dan menghormati hak cipta.
5.
Keterampilan komunikasi
digital — mampu berinteraksi dengan audiens
secara sopan dan membangun relasi yang positif.
Pada akhirnya, menjadi content creator bukan hanya
tentang popularitas, tetapi tentang bagaimana karya kita memberi dampak
positif bagi orang lain. Konten yang baik adalah konten yang
menginspirasi, memberi manfaat, dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan.
“Jadilah content creator yang tidak hanya viral,
tetapi juga bernilai. Karena di balik setiap karya, tersimpan tanggung jawab
untuk menciptakan ruang digital yang lebih cerdas, beretika, dan berdaya.”
Materi bisa di download di
3. Praktik Baik Nasi Kobel ( Masning, S.Pd)
Dalam menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21, guru dituntut untuk terus berinovasi agar pembelajaran tidak hanya informatif, tetapi juga inspiratif dan bermakna. Salah satu bentuk inovasi tersebut hadir melalui praktik baik yang kami sebut “Nasi Kobel”, singkatan dari Kombinasi Kreasi Pembelajaran Manual dan Digital.
Nama “Nasi Kobel” diambil dari filosofi sederhana: seperti sepiring nasi yang menjadi sumber energi bagi tubuh, Nasi Kobel menjadi “energi baru” bagi dunia pembelajaran. Ia menghadirkan perpaduan yang seimbang antara pendekatan manual yang mengasah keterampilan nyata dan pendekatan digital yang membuka ruang kreativitas tanpa batas.
Dalam pembelajaran berbasis Nasi Kobel, guru tidak meninggalkan metode konvensional seperti praktik langsung, diskusi tatap muka, atau kerja kelompok manual, tetapi mengombinasikannya dengan pemanfaatan teknologi digital seperti Canva, video pembelajaran, infografis interaktif, dan aplikasi AI pendukung. Perpaduan ini menciptakan pengalaman belajar yang utuh — siswa berpikir kritis, berkarya kreatif, dan berinteraksi secara kolaboratif dalam dua dunia: nyata dan digital.
Melalui Nasi Kobel, proses belajar menjadi lebih hidup dan bermakna. Siswa tidak hanya menguasai teori, tetapi juga terampil menerapkannya dalam konteks nyata. Misalnya, setelah membuat produk secara manual seperti nugget sayur lokal, mereka melanjutkan proses kreatifnya secara digital dengan merancang label kemasan di Canva atau mempresentasikan hasil karya dalam bentuk video edukatif.
Kekuatan utama dari Nasi Kobel terletak pada keseimbangannya: siswa tetap berproses dengan tangan dan hati (manual), namun juga berpikir luas dengan teknologi (digital). Guru berperan sebagai fasilitator yang menuntun siswa untuk berkreasi, berinovasi, sekaligus menjaga nilai-nilai etika dan karakter.
Pendekatan Nasi Kobel sejalan dengan semangat Profil Pelajar Pancasila, yang menekankan kemandirian, kreativitas, gotong royong, serta kemampuan bernalar kritis dalam memecahkan masalah. Melalui kombinasi ini, pembelajaran tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk kepribadian dan kecakapan hidup peserta didik.
Dengan demikian, Nasi Kobel bukan sekadar inovasi metode, tetapi sebuah gerakan pembaruan pembelajaran — menggabungkan kekuatan manual dan digital untuk melahirkan pengalaman belajar yang lebih kontekstual, kreatif, dan mendalam.
“Nasi Kobel adalah cita rasa baru dalam dunia pendidikan — memadukan tangan yang berkarya dan pikiran yang berinovasi, agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berdaya.”
Materi bisa di download
di
https://drive.google.com/drive/folders/1uOfwuAwoASr5obfTGSuxv0AOMCoxggQy?usp=sharing
Diskusi dan Tanya Jawab
Peserta aktif mengajukan pertanyaan tentang penerapan pembelajaran kombinasi manual-digital, pengelolaan kegiatan kokurikuler yang efektif, serta tips sederhana memulai pembuatan konten edukatif.
Narasumber menjawab dengan memberikan contoh konkret dan dorongan agar guru tidak takut berinovasi.
Penutup
Moderator menyampaikan kesimpulan bahwa guru masa kini harus adaptif terhadap perkembangan teknologi, kreatif dalam pembelajaran, dan kolaboratif dalam berbagi praktik baik.
Kegiatan ditutup dengan doa bersama, dipimpin oleh Abdul Azis sebagai ungkapan syukur atas kelancaran kegiatan MGMP hari ini.
Administrasi Kegiatan MGMP dapat diunduh pada tautan tautan berikut :

Tidak ada komentar:
Posting Komentar